Kacabdin Aceh Selatan Annadwi [Dok Pribadi]
Aceh Selatan – Tuduhan yang diarahkan kepada Kepala Cabang Dinas (Kacabdin) Pendidikan Wilayah Aceh Selatan, Annadwi, mendapat bantahan tegas dari berbagai pihak, termasuk Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Muzakir, S.Pd., dan Ketua MKKS SMK Drs. Muspida. Mereka menilai tuduhan tersebut sebagai bentuk upaya pembunuhan karakter dan penggiringan opini yang tidak berdasar.
“Ini hanyalah dugaan tanpa bukti yang akurat. Jangan mudah terprovokasi oleh isu yang tidak jelas sumbernya,” ujar Muzakir saat diwawancarai, Senin (20/1/2025). Ia menambahkan bahwa tuduhan-tuduhan tersebut tidak sesuai dengan fakta dan hanya mengarah pada politisasi pendidikan di wilayah Aceh Selatan.
Annadwi juga membantah seluruh tuduhan yang dilayangkan, termasuk dugaan praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). “Semua tuduhan itu tidak benar. Kami bekerja sesuai aturan, dan fokus pada peningkatan mutu pendidikan,” tegas Annadwi.
Menanggapi tudingan bahwa ia meminta jatah 1% dari proyek Dana Alokasi Khusus (DAK) di sekolah-sekolah wilayah Cabdin Aceh Selatan, Annadwi dengan tegas menyangkalnya. “Tidak pernah ada pemotongan atau fee yang saya terima. Itu adalah informasi yang tidak berdasar,” katanya. Ia juga menyebutkan bahwa total anggaran DAK tahun 2024 sebesar Rp 20 miliar telah digunakan sesuai peruntukan tanpa adanya penyimpangan.
Selain itu, Annadwi menjelaskan bahwa pengangkatan istrinya sebagai tenaga pendidik telah melalui prosedur yang benar. “Istri saya diangkat karena sangat dibutuhkan dan telah memiliki pengalaman sebagai tenaga honorer di beberapa sekolah,” ucapnya. Ia menilai tuduhan nepotisme tersebut hanya bertujuan untuk merusak reputasinya.
Jaspiandi, S.Pd., salah seorang kepala sekolah di wilayah Aceh Selatan, juga membantah adanya fee terkait DAK. “Tidak pernah ada permintaan fee dari Kacabdin. Bahkan, jika kami memberikan sesuatu 200-500 rb , itu pun setelah kami yang memaksa,” jelasnya.
Ketua MKKS SMK Drs. Muspida juga meminta agar pihak-pihak tertentu tidak menggunakan isu ini sebagai alat untuk meraih jabatan. “Jangan injak orang lain demi ambisi pribadi. Bek kueh, jangan prasangka buruk,” katanya dalam bahasa Aceh, menekankan pentingnya menjaga integritas dalam dunia pendidikan.
Annadwi menegaskan bahwa dirinya tetap fokus pada tugas sebagai pelayan pendidikan. “Kami adalah pekerja pendidikan yang tunduk dan patuh pada darma pendidikan. Kami akan terus bekerja demi kemajuan generasi muda Aceh Selatan,” ujarnya.
Dengan bantahan ini, Annadwi berharap masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh isu yang belum terbukti kebenarannya. “Kami menghormati kebebasan pers, tetapi berita yang disampaikan harus berdasarkan fakta, bukan sekadar asumsi atau opini,” tutupnya.[H]