KALBAR | Ada istilah CLBK, singkatan dari “Cinta Lama Bersemi Kembali”. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan situasi di mana seseorang kembali menjalin hubungan dengan mantan pacar atau cinta lama mereka. CLBK seringkali menjadi topik yang menarik sekaligus kontroversial karena dapat membangkitkan kembali perasaan dan emosi yang telah lama terpendam.
Pada malam Kamis, dalam sebuah pengajian yang menjadi bagian dari arisan mingguan di Dusun Sotok, Desa Sotok, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Ustadz Darisman Buyung membahas tema yang tak biasa: CLBK. Dengan gaya penyampaian yang diselingi canda dan guyon khasnya, ia mengingatkan para jamaah, khususnya kaum ibu, untuk berhati-hati dalam mencurahkan isi hati.
“Ibu-ibu yang bertengkar dengan suami sebaiknya curhat pada Allah SWT semata. Jangan pada tetangga, baik perempuan apalagi laki-laki. Jangan seperti yang bisa dikisahkan, curhat urusan rumah tangga disampaikan lewat HP, lewat Facebook pesan pribadi. Akibatnya tahu sendiri, bukan membaik malah menjadi membara,” ujar Ustadz Darisman Buyung pada Kamis malam, 19 Juni 2025, usai salat Isya di hadapan jamaah ibu-ibu yang memulai majelis dengan pengajian dan pengocokan arisan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam kultum tersebut, Ustadz Buyung menyampaikan bahwa CLBK bisa terjadi pada siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Ia pun menguraikan beberapa alasan umum mengapa orang bisa terjebak dalam hubungan cinta lama yang kembali muncul, antara lain:
-
Masih memiliki perasaan terhadap mantan.
-
Belum bisa move on dari masa lalu.
-
Rindu akan kenangan indah yang pernah dilewati bersama.
Namun, ia juga menekankan bahwa CLBK bisa menjadi jalan yang berisiko jika tidak dipikirkan matang-matang. Risiko emosi, konflik lama yang belum selesai, dan dampak terhadap hubungan yang sedang dijalani adalah beberapa hal yang patut menjadi perhatian.
“Sekali saya ingatkan bahwa tempat curahan hati adalah pada-Nya, Allah semata. Panjatkan doa agar sang suami sadar dan kembali ke jalan yang lurus. Bukan pada manusia lain, tetangga sekalipun,” tutup Ustadz Buyung, kembali menegaskan bahwa solusi dalam rumah tangga bukanlah dengan membuka pintu hati pada yang lain, melainkan dengan memperkuat doa dan introspeksi diri.
Surau Al-Hasanah malam itu menjadi saksi bisu dakwah yang sederhana namun mengena, mengingatkan para jamaah tentang pentingnya menjaga hati, menjaga lisan, dan menjaga batas ketika badai rumah tangga datang menghadang. (*)