Aceh Tenggara, 26 Mei 2025 – Di tengah nuansa budaya dan kekeluargaan yang kental, sebuah prosesi khitanan berlangsung penuh khidmat dan kebahagiaan di Desa Kuning I, Kecamatan Bambel, Kabupaten Aceh Tenggara. Acara ini menjadi tonggak penting dalam kehidupan Ananda Naufal Ghanny, anak dari salah satu keluarga terhormat di desa tersebut, sekaligus mempertegas eksistensi tradisi Islam dan adat yang hidup di tengah masyarakat Aceh.
Khitanan atau sunat merupakan tradisi yang tidak hanya bernilai religius dalam ajaran Islam, tetapi juga memiliki makna sosial dan budaya yang mendalam. Bagi masyarakat Aceh, terutama di wilayah pedesaan seperti Kecamatan Bambel, prosesi ini menjadi penanda transisi penting dalam perjalanan hidup seorang anak laki-laki menuju kedewasaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Prosesi dimulai sejak pagi hari dengan persiapan rumah keluarga yang menjadi lokasi acara. Suasana penuh semangat dan kekeluargaan terasa kental. Warga sekitar, kerabat, dan sahabat keluarga berdatangan untuk memberikan ucapan selamat serta turut mendoakan Naufal agar tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, dan berbudi pekerti luhur.
Acara turut dimeriahkan dengan pemasangan spanduk besar bertuliskan, “Selamat atas Khitanan Ananda Kami: Naufal Ghanny.” Kalimat tersebut menjadi ungkapan syukur sekaligus ajakan kepada masyarakat untuk turut merayakan momen penting tersebut.
Tidak sedikit para tetua adat dan tokoh agama hadir memberikan petuah serta doa-doa terbaik. Dalam sambutannya, salah satu tokoh masyarakat setempat menyampaikan bahwa khitanan bukan hanya kewajiban agama, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang harus terus dijaga dan dilestarikan. Ia menekankan bahwa nilai-nilai kebersamaan dan gotong-royong seperti ini menjadikan masyarakat Aceh tetap kuat dalam menjaga identitasnya.
Di tengah prosesi, tamu-tamu yang hadir menikmati hidangan tradisional khas Aceh Tenggara. Hidangan seperti nasi gurih, ayam tangkap, dan kuah beulangong tersaji sebagai simbol keberkahan dan ucapan terima kasih kepada para tamu. Anak-anak tampak bermain dengan riang, sementara para orang tua saling bercengkrama mengenang masa kecil mereka ketika mengalami khitanan dengan adat serupa. Kehadiran masyarakat dari berbagai latar belakang usia menunjukkan bahwa prosesi ini bukan sekadar acara keluarga, melainkan milik seluruh komunitas.
Menariknya, momen ini juga diliput oleh Alasta News, media lokal yang aktif mengangkat isu-isu sosial dan kebudayaan. Kehadiran media ini menjadi bentuk apresiasi terhadap upaya masyarakat dalam menjaga tradisi, sekaligus memberikan dokumentasi historis yang bernilai bagi generasi mendatang. Dalam wawancaranya, perwakilan Alasta News menyampaikan bahwa pelestarian budaya seperti ini sangat penting di era modern, di mana banyak nilai lokal mulai tergerus oleh perubahan zaman.
Prosesi khitanan Ananda Naufal Ghanny bukan hanya menjadi kebanggaan bagi keluarganya, tetapi juga bagi seluruh warga Desa Kuning I. Harapannya, anak-anak lain di desa ini juga akan melewati proses serupa yang dibalut nilai religius dan budaya yang kaya. “Semoga Ananda Naufal tumbuh menjadi anak yang sholeh, berbakti kepada orang tua, berguna bagi agama, masyarakat, dan bangsa.”
Momen ini menjadi pengingat bahwa di balik setiap tradisi, tersimpan makna yang dalam serta kekuatan sosial yang mempererat jalinan hidup bermasyarakat. (Edi Safutra)