Kelapa Jadi Primadona Ekspor, Tapi Petani Masih Merana di Ladang Sendiri

REDAKSI JABAR

- Redaksi

Rabu, 30 April 2025 - 11:44 WIB

5041 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JAKARTA,ANALISANEWS.ID — Kenaikan harga kelapa di pasar internasional memicu peningkatan ekspor produk kelapa dari Indonesia. Namun, di balik geliat industri ini, nasib petani kelapa dalam negeri justru tak kunjung membaik.

Presiden Prabowo Subianto sebelumnya menegaskan bahwa komoditas kelapa Indonesia sebaiknya tidak diekspor dalam bentuk mentah. Menurutnya, sudah saatnya Indonesia menjadi pusat pengolahan kelapa dunia. “Biarkan investor datang membangun pabrik pengolahan di dalam negeri. Produk yang diekspor harus sudah jadi, berkualitas, dan memberi nilai tambah. Ini membuka lapangan kerja serta menarik minat generasi muda bertani,” ujar Presiden.

Dewan Pembina Media Independen Online Indonesia (MIO-INDONESIA), Dr. Anto Suroto, yang juga Ketua Umum APIKI (Aliansi Perdagangan dan Industri Kreatif Indonesia), menyoroti isu ini dari sudut pandang yang lebih mendalam. Ia menekankan pentingnya peningkatan produktivitas dan kualitas hasil pertanian kelapa, bukan hanya memperbanyak ekspor.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Petani kelapa perlu naik kelas. Produktivitas mereka harus meningkat, dan hasilnya harus berkualitas agar pendapatan petani juga meningkat. Jika ini terjadi, maka kesejahteraan desa ikut terangkat,” ujar Anto.

Ia juga menekankan perlunya inovasi dalam pengelolaan kebun kelapa, termasuk pemanfaatan teknologi modern dan sistem irigasi yang lebih efisien, seperti yang telah diterapkan di negara-negara lain. “Petani kelapa tidak boleh tertinggal. Revolusi industri pertanian harus masuk hingga ke desa,” tegasnya.

Sebagai mantan petani desa yang kini sukses berwirausaha, Anto menilai bahwa modernisasi pertanian adalah keniscayaan. Menurutnya, dengan pendampingan, pemanfaatan dana desa, koperasi yang sehat, serta bibit unggul hibrida, petani kelapa bisa mengalami lonjakan produktivitas dalam lima tahun ke depan.

Namun, ia mengingatkan bahwa perubahan ini membutuhkan komitmen nyata dari pemerintah pusat hingga daerah. “Kalau petani masih bertahan dengan pola tanam konvensional, kita akan tertinggal. Padahal, permintaan kelapa — baik muda maupun tua — terus meningkat di industri makanan dan kosmetik,” ungkap pria Jawa kelahiran Sumatera (Pujakesuma) tersebut menjelaskan.

Ditemui di kedai kopi ARKARA yang terletak di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, sembari menikmati Bolu Kukus produk UMKM binaan APIKI, Anto pun menekankan pentingnya mendampingi petani secara berkelanjutan.

“Jangan sampai Indonesia cuma jadi buruh di negeri sendiri karena semua dikuasai investor asing,” ujarnya sembari menikmati produk UMKM lokal.

Anto juga mendorong agar akses petani terhadap Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan fasilitas keuangan lainnya lebih profesional dan transparan.

“Petani kita harus ‘bankable’, tersistem, dan siap menjadi bagian dari kelas menengah baru lewat UMKM,” pungkasnya. (*Ipung*)

 

Sumber: Humas MIO INDONESIA

Berita Terkait

GPM PANGSI Salah Satu Usaha Dispangtan Untuk Menekan Inflasi
Bupati Rohil Hadir Dalam Rapat Koordinasi Teknis diselengarakan Oleh Kementerian Perumahan RI
DPD SPN Provinsi Banten Siap Mendukung Polri Mewujudkan May Day 2025 yang Aman, Damai dan Bertanggung Jawab
Kodam Iskandar Muda kirim 467 Prajurit untuk melaksanakan misi Perdamaian Dunia di Lebanon Selatan
Laporan BPS Maret 2025, Kota Bandung Catatkan Inflasi 1,69 Persen
Gubernur Dedi Mulyadi Dampingi Presiden Prabowo Panen Raya Padi Serentak di Majalengka
Bersama Forkopimda, Bupati Kang DS Bertekad Terus Tingkatkan Inovasi Pertanian
Komnas HAM Menegaskan Mengutuk Kekerasan Terhadap Jurnalis yang Berulang Kali
mgid.com, 569023, DIRECT, d4c29acad76ce94f